Macam Mana Nak Cari Jodoh di Malaysia?

900k ahli di sana sedang mengunggu anda di Baitul Jannah. Mungkin.. jodoh awak ada sana.

Daftar Sekarang!

Melayu Betawi

 

Buah Jambu buah kedondong, Lagi dooong....

Buah kedondong buah atep, Dulu bencong sekarang tetep 

Itu tadi salah satu pantun pendek model Betawi yang kocak, dan biasanya pantun ala Betawi bersifat memberi nasihat sekaligus hiburan. Apa sih yang dimaksud sebagai Betawi itu? Betawi sendiri merupakan plesetan dari kata Batavia yang diberikan VOC Belanda pada saat mulai mencengkeramkan cakar-cakar penjajahannya di bumi Indonesia. Sebelum Belanda datang, namanya adalah Jayakarta, dan sebelumnya lagi Sunda Kelapa. Mulai kapankah Bahasa Melayu Betawi muncul sebagai bahasa baku antara kelompok di tanah Batavia ini?

Sebelum tahun 1750, bahasa lingua franca yang berlaku di Batavia adalah  Bahasa Portugis yang masih dipakai oleh segelintir Mardijkers di Tugu, Jakarta Utara. Namun pada perkembangannya setelah 1750, sebentuk Bahasa Melayu mulai menggantikan pengaruh bahasa Portugis kreol yang makin terdesak. Bahasa Melayu ini merupakan media utama bagi berbagai suku bangsa yang tumplek blek di wilayah Jakarta. Daerah Sunda Kelapa diyakini berpenduduk asli Sunda, yang kemudian pada masa penyerangan Mataram ke Batavia juga mulai dibanjiri penduduk asal Jawa, kemudian orang-orang Mardijkers (Keturunan budak Portugis yang dimerdekakan oleh Belanda asal mau masuk Kristen Protestan, pindah dari Katolik)-beda dengan Eurasia di Malaysia, mereka bahkan semenjak tahun 1816 digolongkan dalam Melayu-, orang Cina dan budak-budak Belanda dari berbagai penjuru Indonesia, seperti dari Bali, Jawa, Makassar, Ambon, Manggarai (Nusa Tenggara Timur), Melayu dan sebagainya.

Pada perkembangannya kemudian, kelompok-kelompok ini berbaur dan terus bercampur aduk hingga muncul apa yang disebut sebagai Orang Betawi dengan Omong Betawi-nya. Klasifikasi Melayu tetap melekat, karena budaya dasar Betawi yang begitu lekat dengan Melayu. Namun ada warna lain yang tidak dimiliki Melayu-Melayu lainnya, yakni kuatnya pengaruh Cina, Jawa, Sunda, Eropa, Arab dan Bali dalam aspek-aspek kebudayaannya. Pengaruh Cina juga sangat kuat dalam Bahasa Melayu Betawi seperti pemakaian kata lu dan gue, sedangkan dalam bahasa Betawi yang sopan digunakan nama seseorang misal Mpok Fatime dan  aye untuk saya.

Namun demikian, pengakuan orang Betawi sebagai "suku" baru ada pada tahun 1930. Dan dalam setiap festival Melayu, satu-satunya wakil dari Pulau Jawa ya Betawi itu sendiri. Pernah nonton Si Doel Anak Sekolahan? itu merupakan contoh dari aspek-aspek budaya dan bahasa Melayu Betawi. Orang Betawi juga dikenal dengan ketaatannya dalam menjalankan Islam, meski kadang mereka masih dipandang terbelakang oleh berbagai kelompok pendatang yang mendominasi Jakarta. Jumlah orang Betawi sendiri diperkirakan hanya 10% dari seluruh Penduduk DKI Jakarta yang mencapai 10 jutaan jiwa.

Bahasa Melayu Betawi sendiri terbagi atas dua sub-dialek utama, yakni Betawi kota dan Betawi Udik. Betawi Kota, sejatinya dipakai oleh orang-orang Betawi yang tinggal di dalam kota Jakarta terkenal dengan dialek "e" (e keras, bukan e Melayu) pada akhiran katanya contoh : Mpok Mine, Jakarte, Ape aje... sedangkan Betawi Udik, dituturkan di kawasan-kawasan pinggiran Jakarta seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, bahkan sampai beberapa desa di Karawang, Jawa Barat. Selain itu dalam Betawi Udik sendiri ada varian yang disebut Betawi Ora, karena kosakatanya sangat dipengaruhi Bahasa Jawa, dan diperkirakan leluhur penutur dialek ini berasal dari Jawa. Namun seiring dengan perkembangan kota yang gusur sana gusur sini, maka batas dialek itu semakin kabur karena berpindahnya orang Betawi ke pinggir-pinggir kota. 43% kosakata Melayu Betawi berakar dari bahasa Sunda, sedangkan Bahasa Bali memberi pengaruh pada akhiran -in. Seperti : jangan mau dikata-katain ame die.

Sedangkan apa yang disebut sebagai Bahasa Jakarta sendiri adalah varian buatan pendatang-pendatang yang membanjiri Jakarta dan mengklaim dirinya sebagai Orang Jakarta. Kadang varian yang banyak dipakai anak muda ini sangat berbeda dengan Betawi aslinya. Melayu namun kaya warna....seperti ada ungkapan perut Melayu, yang berarti selera masih selera asal. Jadi pada hakikatnya Bahasa Melayu Betawi dan Orang Melayu Betawi ini adalah Cultural Mulatto yang telah menjalani proses berabad-abad sehingga membentuk yang sekarang ini. Lenong, Cokek, Wayang Betawi, Ondel-Ondel,Topeng Betawi, Tanjidor, Zapin, Yakpong dan sejenisnya adalah hasil akulturasi berbagai bangsa dalam satu bentuk...Betawi.

Tapi, kenapa sampai sekarang Gubernur Jakarta belum ada satupun yang asli Betawi?

 

Bambang Priantono

Baca perbualan