FOTO SEPASANG KAKI

 

Kedengarannya aneh, tapi ini yang sedang saya rasakan. Sebuah perasaan, yang mungkin tampak asing dan menggelikan. Bahkan saya sendiri juga tidak begitu paham tentang perasaan saya saat ini. Saya pun hanya akan tersenyum saat orang-orang menatap saya dengan tatapan yang tidak saya mengerti. Saya maklum kalau mereka tidak percaya dengan apa yang saya rasakan sekarang.

Saya seorang lelaki. Benar-benar lelaki. Saya tahu dengan persis, karena saya memiliki kelamin seperti yang dimiliki oleh lelaki-lelaki lain, yang tentu saja berbeda dengan kelamin lain jenis saya. Dan sebagai lelaki, saya juga memiliki perasaan suka, teristimewa terhadap lain jenis saya. Saya juga pernah jatuh cinta dan pernah pula mengalami bagaimana rasanya dimabuk asmara. Meski hanya sebentar, saya pernah merasakannya.

Mungkin orang-orang akan mengatakan saya aneh, lebih jauh lagi mereka akan menuduh saya gila. Padahal saya merasa bahwa saya tidak apa-apa. Saya normal, seperti lelaki-lelaki yang lain. Saat ini saya tengah jatuh cinta - entah untuk yang keberapa kali dalam hidup saya. Dan saya pikir itu wajar saja.

"Wajar katamu?" teman satu kantor saya menatap mata saya dalam-dalam, seakan meyakinkan bahwa yang saat ini sedang diajak bicara adalah saya - teman satu kantornya. Saat itu usai jam kantor, pada sebuah senja yang mendung, saya sedikit bercerita kepadanya tentang perasaan saya saat ini. Mungkin, sebagai sesama lelaki dan kebetulan ia telah menikah, ia bisa memberikan sedikit pandangan ataupun saran. Namun, seperti yang sesungguhnya telah saya duga, ia malah memandang saya dengan penuh keheranan.

"Saya normal, dan saya tengah jatuh cinta. Apa ada yang aneh?" kilah saya mencoba menghindar dari tatapannya yang penuh selidik.

"Jatuh cinta memang normal. Wajar," sahutnya. "Tapi kalau jatuh cinta pada foto sepasang kaki, itu baru namanya aneh. Mungkin bisa dibilang tidak normal," lanjutnya. Saya menarik nafas dan terdiam.

Entahlah, saya sendiri juga tidak tahu. Saat itu, seperti biasa di sela kesibukan saya mengerjakan rutinitas kantor, saya membuka messenger saya. Kebetulan ada waktu sedikit luang sehabis jam makan siang, saya pun iseng masuk ke room messenger. Biasanya saya malas untuk masuk room. Mata saya terpaku pada satu nama. Saya mengklik dan melihat profilnya. Ada nama, jenis kelamin, alamat kota dan alamat websitenya, juga ada foto yang terpajang di sana. Foto itu berisi sepasang kaki perempuan. Hanya sepasang kaki, sebatas lutut hingga ke bawah, berdiri berdempetan berlatar belakang kain warna merah yang penuh dengan lipatan-lipatan tak beraturan. Jemari kaki itu tertutup oleh high-heels warna hitam dan menghadap persis ke arah kamera. Dan entah kenapa saya lebih tertarik dengan foto itu, bukan dengan nama ataupun profilnya. Saya pun segera menyimpan gambar tersebut.

Sejak kejadian itu, pikiran saya dibayangi oleh foto sepasang kaki tersebut. Entah kenapa, foto itu begitu menarik perhatian saya. Sepasang kaki yang indah, batin saya. Ukurannya sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kulitnya putih bersih, sedikit berkilau terkena cahaya. Entah kenapa, saya yakin tumit kaki itu juga bersih, tidak ada cacat apalagi pecah-pecah. Mungkin seperti tumit kaki bayi, bersih dan halus. Saya suka tipe kaki seperti itu. Dan entah kenapa, saya tertarik dengan foto sepasang kaki tersebut.

Saya memajang foto sepasang kaki itu di dinding kamar saya, juga saya jadikan wallpaper di komputer kantor dan laptop saya. Bahkan, di dalam dompet saya juga ada. Saya senang berlama-lama memandangi foto sepasang kaki itu. Hingga akhirnya, saya menyimpulkan bahwa saya telah jatuh cinta pada foto sepasang kaki tersebut. Kemudian, saya mencoba mencari tahu pemilik kaki tersebut. Saya sering mencuri-curi pandang sekretaris di kantor saya. Kebetulan ia memakai rok mini, sehingga saya leluasa untuk memperhatikannya. Tapi sepertinya bukan, karena ia tidak pernah memakai hak tinggi. Lalu, saya juga menyelidiki kaki-kaki yang lain, meski hasilnya nihil. Pencarian saya pun bertambah luas lingkupnya. Di terminal - saat menunggu angkutan, di bus, di angkutan, di halte, di supermarket dan dimanapun saya selalu mencoba mencari sepasang kaki yang mirip dengan yang ada dalam foto. Tapi tidak pernah saya temukan.
Sebenarnya saya juga sempat menyimpan ID bergambar foto sepasang kaki itu. Namun, saat saya buka kembali, fotonya telah diganti dengan foto wajah seorang gadis. Masih muda, sedang tersenyum manis. Tapi saya tidak tertarik. Saya lebih suka foto sepasang kaki itu. Dan sampai saat ini, saya masih sering memandang berlama-lama foto tersebut. Saya juga masih mencoba mencari dan berharap bisa bertemu dengan pemilik sepasang kaki itu.



Purwokerto, 18 Maret 2008

Baca perbualan

Cerpen-cerpen Berkaitan

Semua cerpen-cerpen Cinta

cerpen-cerpen lain

Perbualan

Perbualan

Want to join the conversation? Use your Google Account

  • 1) hmm... zu cuma bisa bilang, i really like this story. yup ;)
  • 2) yup, cara penceritaannya best..mcm baca diari. tp nur ngak paham endingnya..sudah diganti dgn foto gadis tp masih mencari lagi pemilik sepasang kaki itu. gadis dlm foto itu bukan pemilik sepasang kaki itu ya?
  • 3) wah, simboliknya amat baik sekali. saya suka.
  • 4) Maaf.. baru terbaca cerpen anda. Menarik! Saya suka.. 5 bintang untuk anda

Cerpen-cerpen lain nukilan moesafeer

Read all stories by moesafeer