cintaku di mulai dari panggilan

 

Sepulang terawih, aku dan temanku masih asyik ngobrol tentang film baru yang akan di rilis tahun ini. Yang menjadi ketagihan adalah pemain cowok terkenal ini. Pemain lelaki ini adalah teman di daerah tempat tinggal kami. Memang sih, karena terkenalnya, semua wanita di tempat tinggal kami jadi tergila gila. Sampai sampai di sekelilingnya banyak banget ceweknya.
Aku meneguk es teh yang tadi ku beli sesudah sholat terawih. Temanku, dista.  Masih asyik ngobrol tentang laki laki itu. Mungkin karena aku terlalu bosan, aku melambatkan jalanku di belakang mereka. Sudah kuduga, lelaki inbi benar benar di kelilingin banyak cewek. Aku saja jadi risih melihatnya. Apalagi dia, mungkin terlalu sumpek sampai nggak berani bilang.
“OMG!!. Rizal itu ganteng baget,ya?.Seandainya aku bisa manggil dia”kata dista penuh harapan.
“mau ku pangglin?”tanyaku, menawarkan. Dista hanya diam dan melanjutkan khayalan soal cowok itu.”nggak percaya?”.Aku meyakinkannya.Dia hanya menggeleng lalu berkhayal lagi tentang cowok itu. Dengan senyum keberanian dan hembusan nafas panjang. Aku memanggilnya dengan keras. Semua wanita menoleh padaku. Yang pastinya, cowok yang ku panggil rizal juga menoleh padaku. Dista yang tadi ke asyikan ngomong, benar benar menganga melihat keberanianku. Lelaki itu menghampiriku. Lalu tersenyum dengan tulus.
“makasih ya...”gumamnya tepat di wajahku.”well ladies.and gentlement This is my girlfriend.”.Aku hanya diam lalu menganga sangat lebar.
“maa...aff. Aku nggak kenal kam...”
“its okay my honey. Besok aku jemput kamu,ya?”katanya berlalu sembari melambaikan tangan penuh kemenangan.
Aku benar benar nggak tahu kalau semuanya jadi gini. Aku belum siap menjalin hubungan sama cowok yang namanya rizal. Kenal pun nggak. Aku hanya mnghela nafas panjang sambil melihat wajah dista penuh marah. Dan sekarang adalah waktu untuk menjelaskan kejadian tadi padanya.
***
Kemarin, aku menganggap semua itu mimpi. Aku juga berharap perkataannya kemarin nggak jadi nyata. Tapi, menjelaskan pada dista terlalu susah. Kemarin saja penuh dengan kesabaran. Aku juga salah, mengambil orang yang di sayangi teman. Aku menatap ke luar jendela, mengingat kejadian yang masih terngiang di kepalaku. Mataku terus melihat jalanan kosong. Ternyata, kemarin malam itu kenyataan. Dia datang dengan motor laki lakinya. Aku hanya diam saat melihatnya di jendela.
“dierra!!!.Ada temannya tuh!!”teriak mama di bawah. Aku nggak berani keluar rumah. Semua wartawan mengumpul di rumahku. Pasti mama banyak tanya padaku. Setelah berganti baju dengan rapi, aku langsung turun dengan cepat. Mama yang mengintip di jendela, merasakan kedatanganku. Aku hanya tersenyum. Dan mencoba menjelaskan pada semua keluargaku.
“permisi”seru seorang cowok. Mama berjalan ke ambang pintu dan membukanya. Rizal memang keren kalau pakaian seerti itu.Dengan blus panjang tapi di angkat berapa centi. Dengan rambut yang setengah panjang.
“maaf tante. Saya bisa jelaskan”
“ya iyalah. Kamu harus jelaskan semuanya. Keluargaku nggak mau di ganggu ketentramannya sama wartawan wartawanmu” kataku judes padanya.
“ya say...,tante,kami ini pacaran. Nah karena itu, wartawan mau cari informasi tentang dierra. Maaf sayang. aku membuatmu jadi susah”katanya pada mamaku lalu ke padaku dengan senyum menggodanya. Mama hanya tersneyum dan tentunya mengangguk angguk seperti anjing. Kakak juga hanya cengar cengir nggak karuan. Tapi ada anehnya, dari mana dia tahu namaku?. Perasaan aku belum memberitahu namaku. “ayo berangkat say”katanya dengan mengulurkan tangannya. Aku nggak mau pegangan tangan dengannya. Karena semua ini hanya kesengajaan saja.
“naik motor ini?”tanyaku menunjuk motornya. Dia hanya mengangguk dan menyerahkan helm padaku. Motornya bukan jelek sih. Tapi terlalu membuat perhatian anak anak sekampung.
“peganggan”katanya menarik tanganku ke pinggangnya. Aku hanya mengikutinya. Ku tutup kaca helm dan bersandar di punggungnya. Benar benar seperti orang pacaran.
Sampai d suatu tempat yang tak ku mengerti .Tapi penuh dengan suasana nyaman. Awan awan mengumpul membentuk kedamaian pada kami. Aku tersenyum menatap daerah yang penuh ilalang liar. Aku berlari seperti anak kecil saat menatap sungai yang bersih. Batu batuan yang berbetuk hewan hewan yang lucu. Seperti merasa di pantai. Aku duduk di dekat pinggiran sungai. Dia menghampiriku dengan penuh senyum.
“senang nggak?.”tanyanya dengan menerawang jauh. Aku mengangguk dengan senyum tulus dan tentunya memainkan air dengan kakiku.
“kalau bawa sepeda. Keren nih”kataku memainkan air dengan kakiku.
“ada kok. Mau?”.Aku menengok ke belakang. Dua pasang sepeda sudah di siapkan di belakang. Aku mengangguk dan meleset pergi mengambil sepeda. Kami bermain sepeda sepuasnya. Matahari yang memang terlihat terik, tak menggugah kami untuk berhenti. Karena semakin teriknya matahari, awan awan akan mengumpul dan mendamaikan kami. Benar benar hari yang indah. Aku mengayuh sepeda bersamanya. Kami bergantian. Dia mengoncengku, menelusuri daerah ini. Saat menanjak, dia mengayuh sepedanya sangat kencang. Aku memegang pingganya saat turun dari tanjakkan
“waaaaaaahhhh”kami berteriak bersama. Angin yang tadi berat saat menanjak, tiba tiba menjadi hembusan angin yang menrpa kami. Angin ini terus menjadi sandaran pada kami. Dan angin ini terus membuat kami bisa merasakan indah dunia ini
“aku masih nggak bilang jadi cewekmu lowh”kataku dengan merebahkan tubuhku di rerumputan ini.
“terserah sih. Intinya aku sungguh sayang banget sama kamu”katanya lalu megikut gerakanku. Dia menatap mataku.”aku sungguh sayang baget sama kamu”.
“kok bisa?”
“karena kamu yang bikin aku bahagia. Intinya, aku enjoy kalau sama kamu”katanya menyisir rambut atasku. Aku hanya manggut manggut lalu berpaling lagi ke langit langit biru yang mulai cerah
***
Dua hari ini aku sangat tampak senang. Hubunganku dengan rizal sangat terlihat mesra. Baru baru ini rizal selalu mengirimkan bunga bunga untukku. Dia memang terlihat sangat romantis. Hubunganku dengan dista mulai bejalan lancar. Aku mengambil minuman di lemari es, membuat es untuk buka puasa. Aku melihat jam dinding yang terus berdentang. Waktu buka tinggal setengah jam lagi. Karena bosannya nunggu buka, aku menekan tombol tv. Mungkin, pacarku sekarang di wawancarai. Bukannya film yang di rilisnya akan mulai hari ini?. Setelah ini, aku adalah orang pertama yang akan menontonnya dan mengucapkan selamat padanya.
Suara ketokan pintu menggebu di telingaku. Aku membuka pintu. Seorang wanita berdiri di depanku. 2 Wanita cantik dan pernah ku lihat sebelumnya. Wanita ini adalah ibu dari rizal. Dan satunya adalah wanita yang pernah bermain bersama rizal di acara film yang di tayangkan hari ini.
“a.anda?.a.a.ada apa?”tanyaku terbata bata
“kamu dierra, kan?.well... aku hanya ingin bilang kalau kamu harus ninggalin anakku. Kamu itu cewek biasa yang nggak punya apa apa. Harta saja nggak ada”.kata wanita setengah baya ini. Entah mengapa air mataku tiba tiba mengalir sangat deras. “jangan jatuhkan air matamu di depanku. Terlalu menjijikan!. Aku berharap dengan kedatang kami, kamu bisa membawa tangisanmu jauh dari kota ini. ini uang untuk kepergianmu”. Wanita setengah baya ini langsung mnjatuhkan uang ratusan ribu di depanku. Penglihatanku mulai kabur saat membendung air mata ini. Memang ini kesalahan terbesarku. Mencintai orang yang salah. Aku harus melupakannya. Dan setelah ini, bukan hanya aku yang keluar dari kehidupannya.”maaf tante.makasih dengan uangnya.aku juga akan melupakan rizal”
***
Terlalu busuk, jika wajah manisnya masih terngiang di kepalaku. Memang dua tahun berlalu, tapi tak ada sedikit pun kabar untukku. Aku benci mengingat kisah cintaku saat ramadhan itu. Dia yang selalu menjadi harapanku, selalu saja menghilang. Sejak saat itu dia menghilang. Dan aku masih sedikit merindukannya. Mungkin bukan hanya sedikit. Tapi terlalu banyak.
Aku sekarang melanjutkan kuliahku di universitas indonesia. Mengambil jurusan sastra jepang. Jakarta adalah hal terbaik melupakan semuanya. Dia juga menghilang saat semua tangisanku keluar. Apakah semua yang dia lakukan hanya kebohongan?. Dua tahun telah membuatku berubah. Aku menekan remote tv untuk melihat film yang tak ingin ku lihat. Dia memang terlihat keren di tv. Tapi banyak orang yang menanyakan dimana seorang lelaki ini. Dia menghilang dari dunia perfilman. Dan pastinya tak pernah ku lihat lagi.
“setelah di lihat lihat, artis kesayangan kita, rizal. Benar benar menghilang. Di gossipkan katanya, dia menolak perjodohan mamanya dan tetap mencari wanita yang dia sayanginya”. Nia yang di sebelahku langsung mengambil remote dan membesarkan speaker tv.”katanya sih wanita itu adalah cinta pertamanya” Aku benar benar muak mendengar berita lelaki ini. Aku beranjak dari sofa. Saat di sangka sangka, aku benar benar kehilangan sosoknya yang keren itu. Besok adalah hari liburan panjangku. Aku memutskan untuk kembali ke surabaya. Yang pastinya untuk mengingat hal yang pernah menjadi harapan hidupku.
Daerah ini benar benar nggak berubah. Angin masih menajdi hamparan ilalang ilalang liar ini untuk terus bergoyang. Bedanya adalah daerah ini terlalu ramai.Bukan seperti dulu. Hanya kami berdua. Aku duduk di pinggiran sungai dan memainkan air dengan kakiku. Hari itu, aku bersamanya di sini. Melakukan hal yang sangat menyenangkan. Dari bermain sepeda hingga kami tertawa bersama.
“maaf mbak...”seseorang menyentuh pundakku. Aku menoleh ke arahnya. Anak kecil ini membawakan sekuntum bunga mawar putih. “ini buat hati mbak yang lagi gundah”.aku mengambil bunga ini dari anak itu dan tersenyum sebagai tanda terima kasih. Aku mencium bunga ini, menerawang jauh dan memetik bunga ini. Lalu menaburkan bunga ini di sungai.
“bunga...tolong tunjukan padaku. Aku benar benar kangen dia. Entah mengapa semuanya menghilang. Tunjukkan dimana orang yang kusayangi” gumamku mencium petikan bunga di tanganku. Aku menaburkannya ke sungai, berharap dia muncul di depanku, mengambil bunga ini untukku. Beberapa menit berlalu. Mungkin sudah memasuki satu jam. Tapi tak kulihat bunga ini kembali padaku bersama orang yang kutunggu.
“dierra!!!”. Entah ini hanya sebuah khayalanku atau sebaliknya. Tapi dia menyentuh pundakku. Tangan yang ku rindukan dan hembusan nafasnya yang ingin ku rasakan di setiap sela kulitku. Aku menengok ke arahnya saat dia memelukku dari belakang, melingkarkan tangannya di leherku, menciumi rambutku yang tertera angin. Aku berharap ini adalah mimpi. Tapi, jika ini mimpi. Biarkanlah aku tetap merasakan ini semenit saja.Aku memeluknya sangat erat. “aku mencarimu dua tahun ini. Senadainya, aku percaya padamu”bisiknya di telingaku dengan memelukku erat. Aku melepaskan pelukannya, melihat wajahnya. Dia melihatku juga. Ini dia. Ini benar benar dia. Dia membawa bunga itu di tangannya. Menaburkannya dengan angin yang menerpa kami. Bunga itu berterbangan di setiap arah.
“aku kira kamu benar benar membenciku. Malu mempunyai pacar biasa”kataku dengan melihat matanya. Dia menyisir rambutku dengan lembut. Lalu berbisik tepat di telingaku.”itu mama. Bukan aku. Aku terlalu mencintaimu. Aku nggak akan melepaskanmu lagi”dia memainkan rambutku dan mencium keningku.
“apa kamu benar benar di jodohkan?”tanyaku memeluknya.
“ehmm.. yup.aku di jodohkan tapi aku melarikan diri. Karena mama akan melakkan apapun demi uang. Saat di katakan dista, aku percaya bahwa kamu nggak meninggalkanku”paparnya memelukku sangat erat.” Aku juga bersyukur sama kamu. Karena kamu memanggilku. Aku bisa bebas dari semua ini”.
“kalau gitu. Jangan lepas lagi!. Aku benar benar kangen sama kamu”. Dia merenggankan pelukannya, merengkuh wajahku dan menatapku.
“aku bukan kangen. Tapi aku benar benar tersiksa tanpamu. Kangen pun sudah nggak ada. Tapi sekarang aku mau mengatakan bahwa tempat ini adalah sebuah saksi untuk kita. Aku benar benar mencintaimu. Lebih dari aku mencintai diriku”katanya tepat di wajahku. Aku tersenyum kecil padanya dan mencium pipinya. Entah, hari esok akan menajadi panggilan untuk menguji kami. Tapi aku bersyukur dengan memanggil namanya. Cintaku akan di mulai dari sebuah panggilan. Dan aku berharap, setiap panggilan adalah orang yang akan menjadi dekat. Dan aku selalu berharap, panggilan itu tertuju padanya.
***
Beberapa tahun kemudian, aku memasuki umur 27. Dan hubunganku sama rizal begitu snagat menyenangkan. Memang, hubungan kami dapat pertentangan oleh pihak mamanya. Tapi, rizal terlalu mencintaiku. Dia mau mempertahankan aku. Seketika juga, aku menyerahkan semuanya untuknya. Aku percaya sama dia. Entah apa yang harus ku percayai lagi. Selain dia. Dan aku berharap, semua ini dapat membuat insan baru di kandunganku senang.
“hai sayang...”serunay mencium perutku. Aku tersenyum padanya lalu mengelus perutku dnegan lembut.”aku kangen banget sama mamamu”katanya langsung mencium pipiku. Sebenarnya, kami baru saja menikah tanpa restu orang tuanya. Aku juga tahu mamanya masih nggak setuju dengan pernikahan kami. Tapi, dia nggak kalah dari mamanya. Meski semua kartu ATMnya di blokir. Toh, kami masih bisa hidup.
“say, ada yang ingin aku bilangin”katanya sambil merenggangkan dasi di lehernya.”aku besok harus pergi show selama 3 hari, nggak apa apa kan?”
“ya nggak apa apa lah. Toh, itu memang pekerjaanmu”. Sebenarnya, dengan berat hati aku mengucapkan kata kata adi. Tapi, mau gimana lagi?. Aku nggak mau di bilang istri egois.
***
Dia tersenyum melihat istrinya berdiri di ambang pintu, melambaikan tangannya untuk saat terakhir bersama anaknya dan isrinya. Rizal harus pergi tiga hari karena ada show di luar kota. Sebenarnya, rizal nggak mau ninggalin istrinya. Tapi, mau gimana kagi?. Dia sudag tanda tangan konrak.
Di panggung, seperti biasa, rizal selalu demam panggung. Bukan hal yang layak lagi, orang yang seumur hidup di takdirkan jadi atis asih tetap demam panggung.
“baiklah teman teman!!gua akan kasih loe lagu. Gua akan nyanyiin lagu soundtrack gua. I miss you from incubus”seunya. Semua orang bersorak. Tepuk tangan menggebu di telinganya. Lagu pertama masih membuatnya enjoy dan nggak terlalu gugup. Sekarang adalah terakhir, lagu yang paling sulit buat dirnya
“well. Lagu kedua, gua sembahin buat pacar gua trsayang..”semua orang bersorak “huuuuuhhh” padanya.”well. ini juga buat kalian. This is for you!!”teriaknya. dia lonjak lonjak di atas pamnggung. Keringat pun menetes meleawati keningnya. Suasan begitu snagat heboh. Rizal berharap acaa ini nggak mengundang maut untuknya.
Prang!!!. Rizal terpentang ke luar panggung. Semua musik di hentikan. Ada yang aneh. Rizal jatuh dan terkena injakan orang orang yang lonjak lonjak. Dia meingis kesakitan. Semua pengawal menolong rizal. Kepalanya mengeluarkan darah segar. Tiba tiba batu batu kecil melayang di tubuhnya. Seseorang melemparinya batu. Untung saj arizal langsung di selamatkan.
 Rizal nggak mau kedokter. Dia ingin cepat pelang. Dia khawatir dengan istrinya. Dia seprti merasa hal yang aneh. Seperti wanita yang memanggil namanya dnegan rintihan sakit. Dengan laju cepat, dia menyetir motornya
***
Malam itu, setelah makan malam. Dierra mengalami frustasi saat ancaman yang mendarat di telinganya. Dia juga nggak nafsu makan. Tapi, ada anak dalam peutnya., dan harus di kasih makan.
Tok tok tok... suara ketokan pinu membuyarkan lamunanya. Dia membuka pintu dnegan was was. Semoga saja itu rizal. Batinnay oenuh ragu. Dia membuka pintu. Seseorang mendorong pintu dnegna keras. Dierra terpelontar oleh dorongan keras itu. Perutny mengeluarkan darah. Dia merintih kesakitan. Tapi wanita itu hanya diam.
“kau tahu, aku akan lakukan apapun demi merebut segalanya dari elo?!!”katanya dnegan menyandarkan bahunya di dinding.
“maksudmu?”dia mencoba menahan sakit di peruntya
“elo akan tahu sendiri setlah ini”. Dia meninju perutna dnegan kakinya.”bye my baby”seunya langsung meniju lebih keras perut dierra. Wanita itu langsung pergi. Dierra hana merintuh kesakitan
“rizal. Tolong gua!!!”teriaknya yang disusul dengan tangisan.
***
Rizal semakin m=melajkan motornya dnegna cepat. Matanya menerawang spion motornya. Ada banyak motor yang motor menghentikan laju rizal.
“loe siapa?”
“jangan banyak tanya!! Hajar dia”kata seorang lelaki menarik rizal dan memukulnya. Rizal yang seorang diri nggak bos amelakukan apapun.”bawa mayatnya”seru seorang ellaki sembari emngusap keringatnya.”gamopang banget ngabisib elo”.
***
“nona, dia sudah dumusnahkan.dan sepertinya cucu nona sudah nggak ada”seru seorang lelaki dengan senyum kecil.
“bagus. Ini buat kalian”katanya dnegan menyerahkan amplop itu.”aku suda katakan pada ereka. Jika semua ernikahan itu di batalkan mungkin, anakku juga nggak akan dapeet masalah. Aku membanci orang yang suka melawan perintahku. Dan aku lebih baik membunuh cucuku, dari pada punya keturunan darah dengan orang miskin.”
“baiklah nona. Tugas kami sudah selesai”.lelaki itu pergi dari hadapannya. Wanita setengah baya itu melihat dierra yang terbaring lemas saat tahu smeuanya sudah hilang. Termasuk cinta panggilan dan anak yang selalu dipanggil “cinta”. Harta yang snagat bergarga bagi mereka. Tapi, smeua itu sudah menjadi musnah.
THE eND

Baca perbualan

Cerpen-cerpen Berkaitan

Semua cerpen-cerpen Cinta

cerpen-cerpen lain

Perbualan

Perbualan

Want to join the conversation? Use your Google Account

  • Tiada komen lagi.

Cerpen-cerpen lain nukilan reevadha

Read all stories by reevadha