Tragedy In Love

  • 1
  • jundi
  • 14 years ago
  • 7,466
  • FREE

 

Kringggg suara jam alarm berbentuk Winnie the pooh miliku berbunyi dengan nyaring, itu tandanya pagi sudah akan dimulai. Tumben banget aku nggak dibangunin sama ibuku, mungkin karena hari ini aku sangat senang karena hari ini adalah hari pertama aku masuk Sekolah Menengah Atas alias SMA. Meskipun aku gak masuk SMA favorit, namun aku masih senang karena SMA yg aku masuki sekarang adalah SMA yg banyak dimasuki teman-temanku dimasa SMP. Jadi aku tak perlu khwatir nanti akan bingung mencari teman baru.
Akupun bergegas mandi dan memakai seragam agar tidak terlambat, malu kan pertama masuk sekolah sudah terlambat. Karena jam sudah menunjukan angka Setengah delapan akupun langsung menuju sekolah tanpa sarapan dulu, padahal ada roti selai kacang yg sangat aku sukai, tapi gak apalah daripada nanti dihukum.
*
Disekolah ternyata sudah banyak orang yg datang, dan teman-temanku di SMP juga sudah banyak yg datang
“hey tara” tia memanggilku dengan melambaikan tangannya
Aku hanya tersenyum dan berlari kecil menuju mereka semua
“dua bulan gak ketemu kamu banyak berubah ya ra” kata dian sambil menepuk pundakku
“ahh masak sih, kayaknya aku biasa aja deh” kataku sambil tersenyum pada dian
“hey ayo kita cepat ke aula, nanti kakak-kakak osisnya marah lho” ajak resta menengahi
“oh iya, tadi kakak osisnya juga udah bilang gitu ke kita, katanya kalo udah nyampe langsung ke aula” kata dian
“oke, ayo kita menuju aula” perintahku sambil menujuk tangan kearah gedung yg paling tinggi
Kami semua pun berlari menuju aula.
*
Di aula kami bertemu dengan banyak orang, ada yg ganteng, ada yg jelek (kayak penulis cerpen ini), dan ada juga yg cantik N ganteng (kayak yg baca cerpen ini hehehe ) kami pun langsung mencari tempat duduk yg kosong. Tanpa sengaja aku menyenggol seorang cowok yg memakai topi mirip perampok itu. Saat aku lihat wajahnya gak ada kesan yg mendalam, namun saat aku dengar suaranya,,yaa ampun sampai meleleh hatiku. Suaranya sangat lembut bagaikan kapas
“ehh sorry banget yaa, aku gak sengaja” katanya sambil mengambil komik-komiknya yg jatuh
“malah aku yg harusnya minta maaf, aku gak liat kedepan soalnya aku lagi bingung nyari bangku yg kosong” kataku sambil membantu memungutui komik miliknya
“makasih yaa udah bantuin, nama aku decha kamu siapa ???” katanya sambil mengulurkan tangannya
“yaa sama-sama, nama aku tara,,salam kenal yaa” kataku sambil bersalaman dengannya
Decha lalu menoleh kesana kemari, untuk mencari bangku yg kosong
“ehh itu ada yg kosong, gimana kalo kita duduk disana aja” kata decha sambil menujuk sebuah bangku kosong di pojok aula
“ohh iya, yuk nanti kecepetan diambil orang” kataku sambil berjalan kea rah bangku itu
“ciiiieeehh” ledek teman-temanku melihat aku duduk bersama decha
Aku hanya bisa tersenyum pada mereka, dan decha sibuk membaca komiknya
“kamu baca komik apaan sih, kayaknya serius amat” kataku sambil melihat komik yg dibacanya
“ini komik Nabari No Ou” katanya sambil memperlihatkan sampul komiknya kepadaku
Saat mendengar kata nabari aku jadi teringat oleh tokohnya yg bernama yoi-te, jika aku lihat-lihat yoi-te dan decha ada miripnya juga. Mereka sama-sama memakai topi mirip perampok warna coklat, memakai jaket berwarna hitam, rambutnya juga mirip cuman yoi-te rambutnya panjangan dikit
“ooo, aku juga pernah baca lho, ceritanya seru yaa” kataku sambil ikut membaca komik yg dipegangnya
“iya, aku aja bisa ampe begadang baca komik ini” kata decha sambil tersenyum
“hahaha aku juga” kataku sambil ikut tersenyum
“kalo diliat liat kamu mirip miharu yaa, rambutnya pendek mirip banget sama dia” kata decha sambil melirik kearahku
“ahh masak sih ??? , kamu juga mirip yoi-te lho, gaya pakaiannya, rambutnya” kataku sambil melirik balik kepadanya
“hahaha aku ngefans banget sama dia, kalo gitu kita jodoh donk” katanya sambil tersenyum padaku
Saat decha berkata jodoh, aku merasa jantungku berhenti berdetak, dan aku hanya bisa menatap tajam matanya
“bercanda kok, jangan dimasukin hati yaa hehehe” katanya sambil tersenyum
“hahaha” aku hanya bisa  tertawa
*
Sejak hari itu kami sangat dekat, bahkan teman-temanku menganggap kami sudah berpacaran,,padahal itu gak bener. Kami sangat sering keluar bareng, sering baca komik bareng, nonton dvd bareng, ngapain aja kami sering bareng. Bahkan ibuku sudah mengangap decha itu anaknya sendiri karena sering melihat kami sering berdua. Suka dan duka kami lewati bersama, disaat decha sedang bahagia akupun sangat bahagia, di saat decha sedang sedih aku lebih sedih lagi. Begitu juga sebaliknya, decha selalu ada saat aku memerlukannya. Dia memang bagaikan malaikat bagiku.
*
Pada hari minggu yg sangat cerah, aku diajak decha olahraga di sebuah taman dekat rumah decha. Kami memang sering melakukan lari-lari pagi setiap hari minggu di jogging track dekat sekolah, namun hari ini sangat tumben decha mengajakku lari pagi di taman dekat rumahnya. Sambil lari pagi kami juga sering bercanda sampai-sampai aku sering terjatuh karena terlalu keras tertawa, decha memang sangat pandai membuatku tertawa, ternyata di balik sikapnya yg pendiam itu dia masih mempunyai sedikit senyum di hatinya.
Setelah lelah lari pagi kami beristirahat sebentar, decha mengajakku duduk di sebuah batu yg lumayan besar yg dipinggirnya ada tanaman bunga mawarnya.
“capek ra ???” Tanya decha kepadaku
“lumayan, kamu gimana te ??? “ aku balik nanya sama decha 
“hahaha kamu sekarang jadi kebiasaan manggil aku ‘te’ yaa, capek banget,,kamu mau minum ? “ kata decha sambil memberikannku sebotol air putih yg dingin
“gak boleh yaa, makasi yaa” jawabku sambil mengambil air putih pemberiaannya
“boleh boleh boleh hehehe” kata decha sambil tersenyum
Melihatku sedang membersihkan keringat yg membasahi wajahku, decha langsung mengambil sapu tangan dan mengelapi wajahku yg bercucuran keringat ini. Aku hanya bisa menatap matanya yg sayu itu
“kok ngeliatin aku kayak gitu sih ?” Tanya decha sambil membersihkan keringat yg ada wajahku 
“ehhh gak kenapa kok, makasi banget yaa” aku terkejut ketika ia berkata begitu
“siip udah deh, sekarang tuan putri udah cantik lagi” kata decha sambil tersenyum kepadaku
“hahaha makasi banget ya te”  kataku sambil membalas senyumannya
Kemudian decha memetik sekuntum mawar berwarna merah yg ada disampingnya, namun karena tidak hati-hati tangannya berdarah terkena duri tanaman mawar
“decha kamu gak kenapa ? ya ampun tangan kamu berdarah tuh” kataku sambil memegang tangannya yg berdarah
“aku gak kenapa kok ra, cuman bigini aja” kata decha sambil menghisap darahnya dengan bibirnya
“bener ??? “ kataku sambil mengelap tangannya dengan sapu tangan yg ada di kantonggku
“bener ra, makasi iya” katanya sambil mengelus rambutku
Aku hanya terdiam ketika ia melakukan hal itu
“tara sebernya dari pertama kali bertemu aku udah suka banget sama kamu, lama bareng sama kamu aku jadi sayang banget sama kamu. Tara kamu mau gak jadi pacarku ?” kata decha sambil memberikan mawar yg baru dipetiknya padaku
“kamu serius ?” kataku dengan nada yg tidak yakin
“serius ra, kamu orang pertama yg bisa buat aku jatuh cinta” kata decha sambil tersenyum
“aku juga gitu te, aku juga sayang sama kamu” kataku tersipu malu
“jadi kamu mau jadi pacarku ?” kata decha tak percaya
“aku mau” kataku sambil tersenyum padanya
“aku pasti bahagia banget punya pacar kayak kamu” kata decha sambil mengelus rambutku
“bener ?” kataku sambil bersandar di bahunya
“bener sayang” kata decha sambil mencium keningku
Aku sangat tak percaya pada hari ini, orang yg selama ini dekat denganku, sekarang menjadi pacarku. Aku sangat bahagia memiliki pacar seperti dia, orang yg bisa ada di saat aku memerlukannya. Semoga saja dia adalah orang terakhir di hatiku
*
Setelah lama di taman bersama decha, decha pun mengajakku pulang naik motornya. Namun hal yg tidak kuiinginkan terjadi, saat aku berhenti di pinggir jalan untuk mengikat tali sepatu. Decha yg pada saat itu menyebrang duluan, berjalan dengan menghadap kearahku, bukannya kedepan dan tak melihat kearah kiri atau kanan, sebuah mobil jazz berwarna putih menabraknya dari arah samping. Decha terpental karena mobil itu melaju dengan cepat, aku yg melihatnya dengan mata kepalaku sendiri sungguh tak percaya, aku hanya bisa berlari dan mencoba untuk minta tolong, darah bercucuran dari kepalanya membuat hatiku semakin tak tenang. Pemilik mobil jazz itupun keluar dan saat aku melihat wajahnya aku merasa terkejut dan mengingatkanku kepada sahabat karibku saat SMP bernama tasya
“taraa!!!! , cepet bawa orang itu kemobilku” teriak tasya sambil berlari kearahku
Aku hanya diam karena tidak percaya atas apa yg barusan kulihat. Setelah membawa Decha ke dalam mobil tasya, kamipun langsung menuju rumah sakit terdekat
*
Dirumah sakit aku sangat cemas menanti hasil dari dokter, aku berharap agar decha tidak apa-apa
“tara lama gak ketemua ya, tapi kenapa ketemunya gak tepat banget ya” kata tasya memecah keheningan
“haha iyaya” kataku mencoba tenang
“oiya, tadi itu siapa ra ??” Tanya tasya penuh penasaran
“itu,,,,,,,,pacarku” jawabku ketus
“haah, maaf banget yaa ra, tadi aku gak tau banget bakal kayak gini jadinya, tadi aku lagi ngantuk banget” kata tasya memelas
“iya gak kenapa” jawabku dengan juteknya
“raa aku tau kamu pasti marah banget sama aku, tapi aku gak maksud gitu sama kamu, sekarang kamu boleh marah sama aku n gak perlu maafin aku” kata tasya pasrah
“buat apa ? emangnya aku marah sama kamu bisa ngerubah keadaan ? gak kan, jadi percuma aja. Mending sekarang kamu pergi aja dari sini biar aku bisa tenang” jawabku dengan nada tak bersahabat
“baiklah, sekali lagi aku minta maaf sama kamu” kata tasya yg langsung pergi dari rumah sakit
Aku yg masih merasa gak tenang dari tadi akhirnya meneteskan air mata juga. Aku sungguh gak bisa menanggung semua beban ini, ingin rasanya aku putar waktu dan tak ingin hal ini terjadi. Namun semua sudah terjadi dan tak bisa di pungkiri lagi, orang yg saat ini aku sayangi sedang tak sadarkan diri dirumah sakit.
Setelah 3 jam lamanya akhirnya dokter keluar dari ruangan UGD tempat dimana decha sedang diperiksa. Akupun langsung menghampiri dokter itu
“dok gimana keadaan te eehh maksud saya decha, gimana dok ? dia baik-baik aja kan ?” kataku sambil memegang pundak dokter itu
Dokter hanya terdiam sambil menggelengkan kepalanya
“maafkan kami, kami sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan nak decha, namun pendarahan yg terjadi di kepalanya sangat parah. Dan itu membuat nak decha jadi kekurangan banyak darah, dan decha sudah tidak bisa diselamatkan lagi” kata dokter sambil memejamkan mata
“aapaa, ini gak mungkin kan dok, decha pasti bisa diselamatkan, dok…ini bohong kan” kataku sangat tak percaya
“memang sangat susah untuk menerima kenyataan, namun ini sudah menjadi kenyataan. Dan decha mungkin sekarang sudah bisa tenang disana, jika nak tara gak bisa ngelepasin mungkin decha akan menangis disana” kata dokter mencoba membuatku tenang
Mendengarkan kata-kata dokter tadi semakin membuatku tak percaya
Kalau decha, orang yg mencium keningku tadi pagi dan orang yg memberikanku bunga mawar sudah tidak ada di dunia ini, namun ini kenyataan dan aku harus menerimanya.
Aku masuk ruangan UGD dan melihat decha orang aku sayangi sudah tak bernyawa lagi, aku langsung mencium keningnya dan mengucapkan ucapan selamat tinggal padanya. Air mataku menetes tepat di tangannya, dan aku menggenggam tangannya dengan erat untuk terakhir kalinya.
Namun tak lama kemudian aku mendengar suara lari langkah yg mengebu gebu, ternyata ada orang yg tak bernyawa lagi tepat disampingku. Aku sangat terkejut melihat siapa orang yg baru datang ini, sahabat karibku saat SMP Tasya Levina Dewi sudah tak bernyawa lagi, tubuhnya remuk bagai terlindas truk yg sangat besar.
“dok kenapa orang ini ?” tanyaku pada dokter
“sepertinya orang ini sedang depresi, saat ia mengendarai mobil meninggalkan rumah sakit ini mobilnya di tabrak oleh truk besar dan ia terlindas di dalamnya” kata dokter sambil membersihkan tubuh tasya dari darah yg mencucuri tubuhnya
Tiba-tiba aku meneteteskan air mata lagi, aku tak habis pikir kata-kataku tadi ternyata sudah merenggut nyawa seorang sahabatku sendiri. Teringat saat aku dan tasya dihukum bareng saat di SMP karena mengerjai guru matematika, dan teringat saat aku dan dia bercanda ria di kelas sampai tasya sakit perut karena tertawa terus. Sungguh kenangan yg tak bisa dilupakan, namun orang itu sekarang sudah tak ada lagi karena kata-kataku sendiri.
Aku sudah kehilangan 2 orang yg aku cintai, decha pacarku yg aku cintai, dan tasya sahabat yg aku sayangi
TIIIIDAAAAKKKKK kenapa ini harus terjadi padaku, keanaapaa
*
Dua hari kemudian aku pergi kesebuah tempat yg sangat sunyi, dengan hati yg masih sangat berat aku melangkah kesebuah sisi dimana ada 2 batu yg bertuliskan “telah wafat cahaya decha suryagana dan telah wafat tasya levina dewi. Aku kembali menangis di tempat itu terutama di tempat dimana decha sedang terbaring, sangat ingin aku bersandar di bahunya dan mencium keningnya lagi, namun itu sepertinya hanya bisa aku lakukan di mimpi saja.
“decha ku sayang semoga kamu bisa tenang disana yaa, inget jangan lupain aku. Nii aku bawain komik nabari yg ke 13 aku tau kamu pasti belum sempet baca, soalnya terbitnya baru kemarin lho” kataku sambil menaruh dua komik itu di atas kuburan decha
Kemudian aku memalingkan pandanganku kearah kuburan tasya
“sya maafin aku yaa, gara-gara aku kamu jadi gak bisa ngerasain indahnya dunia ini lagi, semoga disana kamu bisa tenang n jangan lupain kenangan kita ya, aku kangen banget sama ketawa kamu, semoga kamu bisa dapetin sahabat yg lebih baik dari aku disana” 
Sangat menyakitkan memang kehilangan orang-orang yg kita sayangi, namun inilah hidup, ada manis dan ada pula pahitnya. Mungkin ini adalah Tragedy yg paling menyedihkan dalam hidupku

Baca perbualan

Cerpen-cerpen Berkaitan

Semua cerpen-cerpen Cinta

cerpen-cerpen lain

Perbualan

Perbualan

Want to join the conversation? Use your Google Account

  • 1) Lama sungguh tidak membaca bacaan sebegini.
    "Bahasa Nusantara.." bicara seorang German (yang amat fasih) pada aku suatu ketika dahulu.

Cerpen-cerpen lain nukilan jundi

Read all stories by jundi